ini sebenarnya cerpen buat tugas seleksi SIGMA (majalah sekolah) dan... oke, ini abal banget-_-
Nostalgic
‘Have you ever felt the stinging pain when you missed your past times, friends, and things you’ve done before?’
Klik. Klik. Klik.
Sejak tadi yang terdengar hanya suara kletak-kletuk keyboard yang ditekan cepat dan keras-keras. Atau suara ketukan di touchpad, berpindah dari satu window ke window lainnya. Kebiasaan buruk: nyambi-nyambi waktu mengerjakan tugas, dan itu sudah terlanjur mendarah daging dan tertanam permanen di otakku. Mau bagaimana lagi?
Aku melirik jam di kanan bawah layar laptop. Sudah 2 jam berlalu sejak aku mulai mengerjakan tugas opini, dan aku baru menyelesaikan 1 halaman dari ketentuan 2 halaman. Kecepatan siput, aku tahu itu. Selain karena faktor tadi, juga karena kesalahanku –tidak sepenuhnya, kuanggap kesalaham sih—yang membuka entah berapa belas tab di window Google Chrome-ku. Facebook, Twitter, Wordpress, entah apa saja yang kubuka di sana. Dan sepertinya presentase konsentrasiku lebih banyak berpihak ke sana.
Sekali lagi, aku membuka tab Facebook. Ada beberapa notifikasi di sana, iseng-iseng aku membukanya. Yang satu dari grup SMA, satu lagi dari grup SMP, dan masih ada lagi yang dari grup kelas IX-ku dulu. Dengan wajah separo-tertarik-separo-malas aku mengarahkan pointer ke kumpulan notifikasi itu dan meng-klik pemberitahuan dari grup kelas IX. Komentar di kirimanku yang entah kapan kukirimkan ke sana.
‘ceman2... aku kangen 9B. bangeeeett T^T kangen ngedan bareng, kangen main pesawat2an, kangen ngerjain PR B.Jawa hari kamis pagi2 berjamaah, kangen dimarahin waktu pelajaran IPS, kangen disuruh nyanyi kalau gak bawa UUD, kangen semuanyaaaaaaa TT^TT’
‘main pesawat-pesawatan’? Itu demam yang mendera kelasku dulu setelah UN selesai. Entah siapa yang memulai, tahu-tahu pesawat-pesawat kertas itu sudah terbang bersliweran tak jelas di udara kelasku. Tak jarang kami kena tegur guru karena banyak ‘bangkai’ pesawat kertas yang bertebaran di lantai kelas, membuat kotor dan mengganggu pemandangan. Kalau sudah begitu, biasanya para ‘tersangka’ akan bertukar pandang dan nyengir innocent. Dasar.
‘ngerjain PR Bahasa Jawa hari Kamis pagi-pagi berjamaah’… ini semua terjadi karena guru Bahasa Jawa kami dulu punya kebiasaan memberi tugas seabrek yang harus dikumpulkan di pertemuan berikutnya. Boros kertas buku tulis dan tinta bolpoin, kalau menurutku. Karena tidak sanggup mengerjakan semuanya sendirian (boro-boro mengerjakan, mengerti maksud soalnya saja tidak) maka setiap ada pelajaran Bahasa Jawa kami akan mengerjakannya berjamaah. Hampir semua anak sengaja datang pagi-pagi sekali agar bisa meng-copy-paste pekerjaan anak lain. Maklum, Bahasa Jawa ada di jam pelajaran pertama. Mau tidak mau kami harus menyesuaikan, bukan? Daripada mendapat ‘anugerah’ nilai 0?
‘dimarahi waktu pelajaran IPS’ itu sebenarnya aib kelasku. Wali kelas kami adalah guru IPS itu sendiri, dan beliau benar-benar hobi menyuruh murid-muridnya membuat presentasi, rangkuman, peta dan sebagainya dengan waktu pengerjaan yang sedikit. Ditambah lagi kebanyakan anak kelas kami paling malas mengerjakan tugas-tugas semacam itu (aku juga), jadi kami sering kena marah. Tapi setelah kami lulus, entah kenapa aku jadi kangen dimarahi lagi. Hahaha.
‘disuruh nyanyi kalau nggak bawa UUD’ sudah bisa dipastikan ini ada waktu pelajaran apa. Tentu saja PKn, dan kalau kedapatan tidak membawa ‘buku keramat pelajaran PKn’ ini kami harus maju ke depan kelas dan menyanyikan lagu Satu Nusa Satu Bangsa. Sebenarnya banyak anak yang sering lupa membawa buku UUD 1945, tapi mereka tidak kehabisan akal. Tinggal pinjam ke kelas sebelah pun jadi. Licik sekali!
Oke, sudah cukup nostalgianya. Bisa-bisa nanti aku tidak jadi mengerjakan tugas, tapi malah konsentrasi ke penuh ke grup ini. Aku lalu berpindah ke tab berikutnya: grup SMP. Lebih ramai, jelas, karena anggotanya jauh lebih banyak daripada grup kelasku.
Aku membaca berita yang paling happening alias paling ramai. Ajakan buka bersama satu angkatan. Kalau ini… sepertinya hampir mustahil, iya kan?
Bosan di sana, aku kembali ke grup kelas 9-ku. Menuliskan sesuatu, menghapus, mengetik lagi, menghapus lagi, hingga akhirnya aku menekan tombol ‘bagikan’.
‘Kapan mau reuni?’
Pendek dan aku tidak yakin akan ada yang meresponnya. Tapi setidaknya, secara tidak langsung, aku sudah bilang kalau aku kangen mereka.
Akhirnya aku menutup window Google Chrome-ku lalu kembali ke Microsoft Word. Kuputuskan untuk membuat cerpen dulu daripada waktuku terbuang percuma karena stuck di opini. Hitung-hitung sedikit mengabaikan rasa nyeri yang mendadak menyerangku, baru saja.
People say we shouldn’t sit down and re-watch the past
People say memories make us stuck at our place and couldn’t move anymore
But the past are something we learn from,
And memories are something we need for our hard times in the future
The past and memories makes us do better in the future,
Shall we do some nostalgic-moment by our self, shouldn’t we?
No comments:
Post a Comment